Pada tahun 1991, saya ikut teman ke Desa Sindang Anam, Lampung. Pada waktu itu ada suatu peristiwa seekor kambing lemah sekali kondisinya karena masuk angin. Hanya dengusnya yang menandakan ia masih hidup.
Berbagai cara pengobatan dilakukan, mulai dari meminumkan larutan air yang dicampur minyak tanah sampai meminumkan beberapa tetes minyak angin. Namun, sang kambing tidak menunjukkan tanda-tanda bakal sembuh.
Lalu si empunyanya mengambil sebilah pisau. Saya kira ia akan memotong kambingnya. Ternyata ia hanya mengiris salah satu telinga peliharahaannya itu. Mendapat perlakukan begitu, sontak kambing terlonjak bangun dan lari terbirit-birit sambil mengembik. Pemilik kambingpun menarik napas lega.
Ternyata hal itu untuk menentukan apakah sang kambing masih bisa sembuh atau tidak. Bila si kambing tidak memberikan reaksi apa-apa, maka terapi terakhir yang dilakukan adalah menyembelilhnya untuk dijadikan santapan keluarga.